I. AKU (LAKI-LAKI)
Panggung ini menyisakan cerita tentang kita dulu. Pada suatu musim
tentang keriangan yang nyinyir.Tentang tokoh-tokoh yang kau mainkan.Tentangmu,
wanita dingin yang kukenal. Aroma mu masih tersisa di bilik-bilik naskah,
senyuman meringis di balik layar, dan bisikan amarah yang kau selipkan diantara
dialogmu yang sempurna.
Ambisi yang kuat tercermin
pada kurus dan pucatnya wajahmu.Pada Emosi dan keras kepalanya sikapmu.Pada
angkuh dan tajamnya sorot matamu.Dibalik bulatan kostum itu kamu menjadi sesuatu
yang selalu baru untukku.Apakah penjelmaan dirimu demikian banyak, hingga sulit
ku temukan dirimu yang sebenarnya nyata?Apakah kau tak memiliki jati diri yang
sebenarnya karena termakan habis oleh peran yang kau mainkan?
Adakah kau mengingatnya
masa-masa dimana aku ada bersama nyanyian dungu milik para pecundang?Yang
terpaksa mundur sebelum berperang?Inikah masa terlemah hidupku karena diliputi
rasa ketakutan. Adakah kau masukan aku kedalam daftar petualanganmu dan
menjadikan aku sebagai rumah terakhir diantara laki-lakimu?Cobalah kau lihat
lagi dan bandingkan dengan benar.Betapa itu penting untukku sebab tak kusisakan
detik yang berjalan di setiap detak jantungku tanpa wajahmu.
Apa kabarmu simata besar?Apakah benar kau
masih menyimpan bunga gundul ungu itu di balik jaketmu? Masihkah kau gerayangi
malam dengan asap rokok dan alkohol?Masihkah kau berjalan di kesunyian malam
dengan sunyi yang penuh rahasia?Dengan bibir yang tertutup rapat dan senyuman
yang terpaksa? Saat itu aku ingin berteriak dan mengejarmu, namun aku takut
dengan rahasia dan sunyimu yang membidikku dari kejauhan.
Apakah benar tak ada rasa
dibalik tubuh-tubuh kita yang bersentuhan? Kenyataan ini selalu kau bunuh
dengan persinggahan.Walau Ini tak pernah nyata bagimu tapi nyata bagiku.Waktu
selalu mengusirku akan ketakutan membayangimu.Aku selalu berlari jika ingat
senyum sinismu. Mengapa aku tak pernah berani menatapmu dengan mata dan mata
hatiku?Kepengecutanku yang liar tak bisa menjinakan keliaran pola pikirmu.
Hingga kapan kusanggup menahan
rasa tak pernah kuno ini kepadamu.Adakah pemakluman Tuhan kepadaku jika hati
dan wujudku terbelah-belah, karena ini bukan mauku. Atau aku telah demikian
tamak mengingatmu padahal ku telah bersamanya.
Masih bisakah aku mengingtmu
malam ini? Mengingatmu dengan segalanya yang kau punya.Dalam imaji yang penat
dan segala yang menyiksa, aku inginmu menggantikan tubuh bugil disampingku.Seperti
dulu saat kita mabuk dan tak berdaya, di sandera kehampaan tampa
tujuan.Sederhana saja aku minta, jadilah
rahasia hati dalam hidupku.
Dan aku mencarimu di antara
deretan kursi. Mungkin saja kau ada di antara riuh tepuk tangannya.Atau kau memang
telah pergi jauh Mengapa ini serba tak jelas.Tentang ranjang dan wanitaku.
Tentang malam pertautanku, bersamamu dan bersamanya.Tentang norma-norma yang
telah ku tabrak bersamamu.Tentang jaminan hidup yang ku pertaruhkan
bersamanya.Tentang lukiasan abstrak wujudmu yang tak pernah selesai ku
lukis.Tentang ketidak normalan hidup ini.Tentang semua yang aku
miliki.Tentangmu yang ku cari disetiap sudut panggung.Tentangmu wanita aneh
yang sulit ku beri warnaMengapa kau sulit sekali dijabarkan? Padahal akulah pelukisnya!!
II. AKU
(PEREMPUAN)
Ruang
ini menyisakan cerita tentang kita dulu. Tentang keriangan yang nyinyir,Tentang
lukisan-lukisan yang bergantung. Tentang konsep-konsep yang kau jabarkan.Tentangmu, laki-laki angkuh
yang ku kenal. Tangan-tanganmu yang kuat memanah aku untuk jadi warna pada
putihnya kanvas kehidupan. Aroma tubuhmu yang khas, mengajakku tuk membaca setiap goresan
tanganmu yang tak sempat ku beri makna.
Namun aku tak menemukan wujud baru yang ku mau, selain ku menemukan
bayanganku sendiri ada padamu.Dan kita sama-sama tak tahu apa yang terjadi
dengan kita.Namun ku tahu ada ambisi dan emosi yang sulit ku tebak lewat pesona
mata kecilmu yang bagus.Yang selalu menatapku dingin dengan pertanyaan kosong.Seolah
jawabannya sudah kau temukan, lewat senyum sinismu yang sempat membuat
jantungku remuk.Kadang aku tak percaya nyatakah kau saat ini? Atau kau adalah
penampakan dari jiwamu yang terpecah?Jiwa yang lepas dari tubuhnya, kemudian
bertemu aku dan menjadi bagian dari dunia imajinasimu.Apakah kau tak kenal
siapa dirmu? sebab waktumu habis
termakan ide?
Masihkah kau megingatnya?
Pertemuan-pertemuan kita yang dipenuhi argumentasi, suara nyaring dan tawa yang
serba terpaksa. Kau yang terlampau sibuk dengan
karya-karyamu dan aku yang terlampau sibuk dengan duniaku.Kita ada di
suatu ruang yang sama, dengan bayangan yang sama, namun hati kita berbeda.Hati
yang terbunuh oleh arogansi yang tak jelas.Kita bersaing dengan diri kita
masing-masing.
Kita bersaing dengan kesepian,
dengan tangis, dengan luka, dengan kecewa,dengan kehilangan,dengan kegagalan,
dengan hidup yang siap memecahkan otak dan menghancurkan seluruh organ tubuh
kita. Saat itu, kita saling menatap, lekat sampai tembus ke bilik jiwa tang
paling dalam.Kita berpegangan penuh semangat, kita sudah temukan spirit itu,
kita siap memecah dunia!!Saat itu pula,
ku lepas tanganku dan ku palingkan
wajahku, aku takut kau tahu bahwa aku sedang
berahasia. Bahwa aku tengah meminta: berhentilah kita dengan semua ini,
aku tak menginginkan ini.Aku hanya menginginkan kau.
Kau tertawa aku tertawa kita
saling membelakangi.Sibuk dengan pikiran sendiri.Aku dengan pikiranku.Kamu
dengan pikiranmu.Hanya kepulan asap rokok, dentingan gelas, aroma alkohol, dan
alunan Creepnya Radiohead yang terdengar
pelan.
Sesaat rasa damai menyelusup
pelan kesanubariku, saat itu juga ketakutan muncul tiba-tiba.Inikah saat
terlemah dalam hidupku?Saat dimana aku
tak berdaya menerima rasa takut.Rasa takut karena kekalahan yang tak ku tahu
kapan itu semua dimulai.Aku bergegas pergi meninggalkanmu, setelah ku baca
sketsamu, saat ku yakin perempuanmu tidak hanya aku.Aku berlari membunuh
detakmu dibalik pertanda yang menyisakan tanya dan luka berkepanjangan.
Aku yang melihatmu dari
kejauhan, dari bidikan rindu yang sengaja
tak ku beri judul.Aku tetap mengingatmu dalam karang terkeras hatiku.Dan
membiarkan karang itu tetap menjulang tinggi dan kokoh tampa seorang tanganpun sanggup memahatnya.
Kecuali tangan halusmu yang melakukannya.Aku rindu menipumu, menipu dirimu
dengan peran-peran yang harus kau jabarkan, agar aku tetap aman dalam kotak
keasliannya. Membiarkan kau kebingungan dengan arah yang ku putar balikan
sampai kau kehilangan rasa bahkan marah
tak berdaya.
Begitupun kau selalu
mengajaku membaca makna pada simbol-simbol yang kau ukir, dibalik garis yang
kau mainkan aku kelelahan mengikuti gerak pikirmu,hingga aku mati kata, padahal
kau tahu, hanya kaulah yang sanggup
membahasakannya.Aku hanya ingin mengajakmu membaca sunyi, aku hanya ingin menemanimu
mengusir sepi, aku hanya ingin bersamu
mengalahkan hasrat, emosi, marah, rindu dan kerasingan ini. Aku hanya ingin…
Dunia kita yang berahasia,
tak akan sanggup memaklumi apa-apa yang sudah menjadi bagian kita.Apa kabarmu
laki-laki bermata bagus?Apakah kau masih menyimpan sebuah saja coretan wajahku
pada dinding terkeras hatimu?Pada
ratusan bahkan ribuan warna yang kau tumpahkan? Masihkan aku ada dalam warna yang paling hitam sekalipun, yang kau
sembunyikan rapat-rapat di balik
kenarsismeanmu.
Apakah benar tak ada rasa?
pada tangan, mata, bibir dan tubuh kita yang bersentuhan?Apakah semuanya hanya
halusinasi, pada jiwa-jiwa kita yang memberontak. Hanya permainan singkat,
pengisi otak yang mumet.Sekalipun aku hanyalah media bagi petualangan liarmu,
kau tetap nyata bagiku.Meski aku bukan perempuan yang ikhlas berbagi,
dengan dunia imajiner yang kau ciptakan,
aku tetap akan menjadi tokoh pembanding di kedua pilihan hidupmu.
Aku tak sanggup menahan rasa
ini.Aku tak sanggup menghapus jejak mu, yang kau pahatkan pada tubuh dan
hatiku.Yang kau ikatkan pada nilai –nilai tampa norma, pada kerumunan rasa
gelisah sementara saat itu , aku bugil
kehilangan arah.Kita yang tak normal melintasi malam dengan kemabukan, gairah
yang timpang antara etika dan cinta.Aku masih ingin kau ada pada denyut nadiku,
saat mimpi dan terjagaku, meski alam sadarku menyangkalnya.Tak ku ragukan
pilihan ini walau hanya menjadi rahasia terberat hidupku.
Dan aku mencarimu dalam
perjalananku yang diam-diam.Mungkin saja kau berada diantaranya.Dibalik garis
dan warna itu itu, dibalik karya-karya bagus para tangan istimewa.Yang bukan
bagian dariku, yang tak ingin aku mengenalnya, yang tak pernah beres aku
menyimpulkannya, yang menggantung gagah dengan persepsinya
masing-masiing.Begitupun dirimu tak bisa aku menebaknya, atau sekedar
menyeimbangi, setiap langkah dan keputusannya.Mengapa kau sulit sekali dimainkan?Padahal
akulah tokoh utamanya!!
.
Bandung,12 Juli 2012 (CCF Bandung)
1 komentar
Detak adalah pertanda
Posting Komentar