Ada yang tak dilahirkan, tak
menjadi, tak diciptakan, bahkan tak tersusun. Atau sebaliknya.Tak ada yang tak
dilahirkan, tak menjadi, tak diciptakan dan tak tersusun ini. Maka tentu tak
akan ada jalan keluar bagi yang dilahirkan, yang menjadi, yang diciptakan dan yang
tersusun. Tetapi karena ada yang tak dilahirkan, yang tak menjadi, yang tak
diciptakan dan yang tak tersusun, maka ada jalan keluar bagi yang dilahirkan,
yang menjadi, yang diciptakan dan yang tersusun.
Bermula dari hampa, kosong
tiada nilai lalu mengelupas menjadi jejak tak terbilang. Dalam jengah, rasa
pongah, waswas, panik, tawa canda sepersekian retak sebab harapan melonjak-lonjak.
Di antara seratus persen yang kau tunggu terdapat sembilan puluh sembilan
persen keberuntungan lalu satu persen
saja keyakinan. Hampir tak menjadi pertanyaan, dan sebab bukan lagi alasan.
Tercipta dari mata-mata sembab, keringat dan ide-ide berlian. Wajah-wajah
tegang dan kepala yang terbelah-belah. Hancur tak bertahan!!
Maka barisan identitas
sebuah peran tak menjadi lambang, di saat kalut menerawang semua materi tidak
jadi bentuk. Bahkan tak ada norma atau batasan sebab segalanya telah berubah
menjadi tidak sopan. Ada nyawa yang terkoyak, dalam duduk kematian semakin mendekat. Tak ada jalan masuk
atau keluar. Permainan hidup hanya sebatas naik dan turun. Harga menjadi
patokan. Bagaimana mungkin logika bisa tergadai? Jika kepala dipenuhi persoalan-persoalan
rugi atau untung, sementara hidup ada di tangan pasar. Ide telah mati, tidak
bisa menjadi realitas yang stabil dan
konstan, yang bisa dipahami oleh kekuatan nalar, tidak juga merupakan realitas
yang lebih utuh, permanen dan efektif dibandingkan fenomena material yang
selalu berubah, sebab analisa l indera bukanlah Tuhan.
Dalam penantian sebuah
angka, imajinasi menerawang. Jauh
akan makna yang silih berganti. Masa lalu, kini dan akan datang hanyalah
masalah waktu seperti suatu kondisi yang kita beri tanda dengan
hitungan-hitungan riil yang kukatakan usia. Mengapa 1, 2, 3, 4, dan 5? Mengapa tidak -1, -2,
-3, -4, -5? Mengapa nafas terhenti di angka ± 100 dan tersudut pada angka -100
atau terlonjak pada angka +100? Bemaknanya sebuah angka sebab ada makna kosong
yang absolut. Bebas tak terikat.
Kemudian angka nol telah menjadi angka yang
ditunggu-tunggu sebab di situlah perubahan terlahir. Keterbelakangan dan
keberlanjutan dimulai, permainan hidup semakin menegangkan. Tiba-tiba terbersit
bahwa angka nol ini pertama-tama adalah abadi.
Ia tak pernah diwujudkan ataupun dimatikan dalam
setiap perkalian. Tak mengalami pasang surut, kemudian ia bukan ada sebagian
dan jelek sebagian, bukan indah pada suatu saat dan jelek pada suatu saat,
bukan indah dalam kaitannya dengan hal ini dan jelek dengan hal itu, tidak
beraneka menurut keseragaman pemerhatinya.
Keberadaannya akan tampil dalam imajinasi seperti
kecantikan, seraut wajah atau tangan atau sesuatu bersifat jasadiah, atau
seperti keberadaan sebuah pemikiran atau ilmu pengetahuan, atau seperti
keberadaan yang bersemayam di dalam sesuatu di luar dirinya sendiri.
Apakah dia makhluk hidup atau bumi atau langit
atau apapun lainnya. Nol akan terlihat sebagai yang absolut atau sendirian
dalam dirinya, unik dan abadi.Pikiran yang terbang tak tersentuh oleh lalu
lalang.
Segerombolan manusia tertawa terbahak dan
segerombolan lagi tertunduk lesu. Tak habis-habisnya menarik nafas panjang.
Hanyalah masalah waktu kupikir mengapa dunia demikian terbalik ?? Angka nol
itukah yang kau tunggu??
Angka nol telah mengajarkan aku bicara bebas
tentang keuntungan, kerugian, harapan, penantian, penyesalan, perkiraan, atau
apa saja yang telah dan akan tersentuh. Angka nol sebagai angka bebas, sebagai
sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam
pikiran, beralih dari satu topik ke topik lain, dalam suatu urutan yang
bergerak bebas, serta tidak mengikuti agenda tertentu.
Kursi-kursi dan sederetan komputer telah menjadi
lautan biru, lalu kaca-kaca pecah dan aku terombang-ambing antara gelombang
berkepanjangan. Manusia di sana tidak lagi panik, namun berlomba-lomba membuka
pakaian untuk berenang dan bermain air. Tak ada jas, dasi, blazer, rok mini, kemeja atau tank
top, semuanya rata dengan pakaian dalam. Ketegangan berubah menjadi suasana
ceria, teriakan-teriakan bercampur dengan nyanyian-ricuh, tak jelas tetapi
nampak berirama.
Aku melihat laki-laki setengah baya, dengan cawat
biru muda, bergambar bola-bola. Tubuhnya kerempeng, ada tahi lalat di atas pusarnya,
yang selalu ia tutupi dengan jasnya yang setebal bului babi. Laki-laki berkaca mata ternyata memiliki
badan yang mulus. Lumayan.
Dia nampak bahagia bermain air. Wanita di
sampingku berlari-lari kecil, celana dalamnya yang hitam nampak kontras dengan
gambar lingkaran kecil-kecil seperti kelereng. Kedua payudaranya
menggantung-gantung, tertahan oleh sepasang bra berukuran 37A. semua nampak
senang, riang dan tenang. Tak ada tegang. Atau kening yang berkerut.
Bergembiralah dengan letelanjangan sebab itu akan mengingatkan mereka pada
hakikat diri. Begitu angka nol terbisik-bisik di antara dentuman arus.
Segalanya telah berubah menjadi sangat kacau.
Hampir musnah oleh teriakan dan rebutan. Dalam suasana penuh sukacitapun mereka
masih nampak tegang, amukan, amarah dan saling menyikut. Padahal ruangan telah
berubah menjadi lautan teduh dan damai. Apakah hatinya telah mati hingga segala
tak terasa? Apakah yang dicari selain lahan yang lebih strategis? Apakah yang
dikejar selain profit milyaran? Apakah yang di buru selain margin bertambah
gemuk?
Masih dalam ketelanjangan mereka saling mencakar,
menjambak, memukul, menggigit, menjepet, menolong, menikam, mencekik, menyiksa,
menyayat,memukul,menghantam,menginjak,menonjok, bahkan membunuh.
Lautan teduh berwarna biru langit. telah berubah
menjadi lautan merah. Darah-darah telah mengubahnya menjadi pulau kecil berbau
amis. Dan tubuh-tubuh tidak lagi terhormat menjadi bongkahan-bongkahan lapuk
berbau busuk. Tak ada lagi suasana bahagia, yang ada hanyalah suasana mencekam dan menakutkan.
Bau amis darah bercampur lalat dan belatung,
tubuh-tubuh itu membusuk dalam ketegangan serupa ikan asin, kerontang,tulang
belulang berserakan,usus-usus berhamburan, kematian dengan
mulut yang menganga.
Mata-mata tak sempat tertutup, sebagian melotot
dan terbelalak, sebagain lagi hilang dan terluka.Nyawa tak sempat terselamatkan
dengan angka-angka yang mereka kejar, sebab semua tak sampai pada hitungan
waktu yang tak terhitung. Kematian menjadi biasa saja, tetapi menjadi tak biasa
bagi mata yang biasa. Tak sempat pula menghitung berapa peluh yang tercucur
oleh angka-angka. Keterlambatan menebus sepersekian target hingga target telah
membudak dalam diri para budak materi.
Angka nol memang sempat mengajarkan, bahwa dalam
kalut tak luput kita adalah kekosongan belaka. Ketelanjangan wujud terbentuk
dalam kepolosan jiwa yang hanya mengandalkan harapan. Kesendirian tak jengah
sebagai individu bebas yang satu tak lebih dari apapun.
Kita bukan apa-apa. Ketergantungan hanyalah
mencorat-coret nilai yang tercipta atas kelaziman sebuah peradaban. Kelengahan
manusia hanyalah sepersepuluh dari seratus takdir yang kelak membawanya pada
sebuah posisi di atas atau di bawah. Lalu kepanikan menjadikan diri
terombang-ambing antara ketakseimbangan yang permanen. Seumpama gelombang ,
harapan hanyalah segumpal buih dari semesta.
Angka Nol mengajarkan bahwa, sebuah permulaan
adalah pertanda, bahwa segalanya akan berakhir, maka hitungan yang ditunggu
selalu tak pernah sama, sebab keabadian manusia adalah perubahan. Mengediplah
sebentar dan konsentrasi, lalu pejamkan mata untuk sekedar mengingat.
Ada angka
yang melebihi angka apapun, sebab Dia tak terhitung. Keberadaannya permanen,
stabil, abadi, diam, tak lapuk oleh waktu, tak pernah mati, tidak dilahirkan
dan tidak diciptakan.
Bahwa ia
adalah kekuatan, anugrah dan kebahagiaan, perlindungan, tempat berteduh, rasa
aman yang tak terpunahkan, kebenaran sejati, realitas tertinggi
Bahwa Ia adalah kebaikan, tujuan puncak dan
satu-satunya dambaan kehidupan kita. Kedamaian abadi, terselubung dan tak
terpahami. TUHAN ada di balik angka NOL.
”Hei bangun!”
”Sell limit kamu kena tuh.Salah posisi, harga naik.Kamu
loss 100 point!”
Gubrag!
22 November 2006 (Bandung)
Tidak ada komentar
Posting Komentar