11. WAJAH
SETENGAH BAYA
Selendang lusuh dengan bakul dekil
Berjalan lemah tanpa alas kaki
Sahaja membelah kebaya tua
Menanggung dosa di masa lalu,
wajah setengah baya!!
Menua dengan waktu yang membusuk
Mengutuk hidup dengan bayi di gendongan
Berjalan di kabut pagi
Matanya berkaca-kaca
Berjalan
tampa keseimbangan
Wanita itu
berteriak
Menghujat laki-lakinya
Sang bayi mengamuk
Menangis
pilu
Tak
mengerti apa yang terjadi
Wanita itu
tersenyum
Mendapatkan
uang recehan
Matahari
makin tinggi
Sang bayi masih menjerit
Dengan tangisnya yang terkeras
12. TERLEMPAR
Terlempar dari mimpi-mimpi
Menit bergetar lalu rontok
menghanyutkan ku
Tidak habis-habisnya menghembuskan
nafas
Terlantar di pelantaran pojok yang
pengap
Meski masih hidup, menit yang ini
disapu
lalu digantikan menit-menit
berikutnya,
Masih baru, tapi tak kurang hampa
dari sebelumnya
Kebahagian kian mengerikan,
Keterlantaran telah menjawabnya
Plot kehidupan yang bergumal dari
kantung-kantung penguasa
Telah menjebak dalam melodi tak
berirama
Demikian aku berjalan di antara
duri ,
Menyelusuri katup-katup demokratis
Sebagai kebebasan yang
membingungkan
Peluh menghentak
Alam kematian kian absurd
Batas nilai di ujung rupiah,
Bimbang menyapu otak sebelah
kiriku
Menghempaskan pujian negri yang elok
Bolong dan rombeng pakaian mahasiswaku
Pertegas kecongkakan diri
Dari sekian bangsa yang angkuh
Degup merah putih yang terkoyak
Membawaku ke tong sampah
29 Januari 03
13. APORIA
Berlari terus dan terus
Terkurung. Pengap. Basah
Satu-satu tumbang
Esensi dan eksistensi?
Manusia?
Berlari terus…
Semak-semak menusuk
Gemerincik terpekik
Moral? Kemanusiaan?
Apologi idea?
Berlari terus…
Tercabik gaum
Diinjak, terinjak, menginjak
Humanisme? Relatifisme?
Terbujuk sofisme?
Berlari terus…
Terus….
14. DARI
SEGALA YANG KAU TAHU
Mungkin kau tidak percaya
Namun tak menuntut tuk percaya
Bahwa rasaku itu teramat besar
Hingga tak mampu katakan:
“aku mencintaimu”
mungkin kau tidak percaya
jika kaulah cahaya
yang sanggup rasuki kaku jiwa
hingga aku tak mampu katakan:
“aku mencintaimu”
Mungkin tidak akan percaya
Tak ada satu ruang pun dalam batin
Ruang kematianpun
Hingga ku tak mampu
Ingin miliki mu karena aku tak bisa tak miliki lagi
Mungkin kau tak percaya jika sebaiknya tak ku katakan:
“aku mencintaimu”
mesti aku mencintaimu lebih dari segala yang kau tahu
9 juni 02
15. DI BAWAH
KAKI
kerdil sungguh kerdil jiwamu
kau pikir kau bisa
hidup dengan kematian
segala norma persetan
ku tantang sistem pelaziman zaman
ku hirup semua sumber kepuasan
segala iblis bersamaku
etika hanya tipuan
susila jadi tameng kebobrokan
Lalu agama…hanyalah ludruk kemaksiatan
bodoh , sungguh bodoh
Terlindas dan tersisih bangkai
Buruk lagi berbau tanah
Kita sama-sama bangkai
Tak usah saling membunuh
27 april 02
16.KARENA AKU
INGIN
Jangan kecam langkahku di atas
Atau di bawah sadarku
Aku ingin menuju pada cahaya
Tak perlu rasuki aku dengan doa
Coba kau pandangi aku
Ya…. Seperti itu (sedikit saja kau pandang aku!)
Aku tidaklah jalang atau liar
Namun aku ingin sepertinya
Yang kadang menatap ku tajam
Adalah inginku jika aku ada
Dalam malammu, siangmu, dan pagimu
Melampaui jembatan waktu
Dalam kurungan yang disedikan
Kesalahan menjadi kebenaran
Sekejap saja kau pahami
Aku tidaklah musuhmu
Aku selayaknya wanita .Wanita seperti ibumu
12 mei 02
17.MARI
MENDEKAT LAKI-LAKIKU
Mari mendekat kemari laki-lakiku!
Kita bicara tentang air dan alam
Duduklah pelan dan dengarkan
Mereka tak akan marah jika kita paham
Jangan lempar pohon itu dengan teriakmu
Rumput-rumput di bawahnya pasti akan terbangun
Mari medekat kemari laki-lakiku!
Kutahu nalurimu emas
Bicaralah pelan dan pandang riaknya perlahan
Kau akan terbangun dari tidur berkepanjangan
Saat Akasia membidik
kedua bola matamu
Mari mendekat kemari laki-lakiku!
Sejuk kedipan manja pucuk ilalang
Jangan meragu pada diri yang menjadi
Sebab segala yang kau sentuh adalah kekasih
2 juni 03
18.ADALAH..
DAN BUKAN…
adalah Papa dan bukan berarti Bapak
tidak pula ada semacam pertautan
merayap tanpa genetika cultural
mengapa itu di pertanyakan?
Jika kasihnya melebihi sepantasnya?
Menjadi Bapak adalah menjadi Tuhan
Sebab dia pahlawan sang anak
Apalah susahnya menaruh benih pada rahim
Itu bisa di lakukan para penjantan
Namun mampukah diri pahami maknai dan hargai
Sebuah peran untuk sang anak
Pada Papa dan bukan berarti Bapak
Ku hanya bisa titipkan wajah bangga pada arsiNya
Sebab aku tak ingin pulang pada panggung seadaanya
13 mei 0
19.JANIN
Apalah artinya disisakan jika untuk di habiskan
Melewati rahim sang binal atau terhormat
Sama saja kau itu ibu
Atau sekiranya kau melahirkan
Kau akan kehilangan payudara??
Mengapa gundah dengan perut yang membuncit
Padahal kau nikmat akan keringat ‘perut yang buncit’
Tak ada pisau tajam yang dapat keluarkan
Nafas mungil dari kodrat
Tak perlu resah akan gaun yang kembung
Atau urat-urat yang mengendur
Dari montok tubuh yang reyot
Kau akan bangga pada tangis dan ompolku
Biarkan kau nista atas norma
Tapi kau puji bagi segala ibu
Biarkan mataku memandang
Karena aku tak tahu berada dalam suatu kesalahan
Atau ketaksengajaan kau dan laki-lakimu!
18 mei 03
20. BAGIKU ,
BAGINYA
Untuk sebuah proses waktu yang gilang gemilang
Dari sekian terang tak pasti itu sengaja atau tidak
Ataupun tak pernah tersengaja dari sekian kelaziman
Yang usang atau yang baru,aroma harum atau busuk
Tampak ataupun tak tampak bahkan mungkin
Hanya samar garis
tipis sekalipun
Bagiku, Baginya !! dialah nilai.
Telah menantinya di
setiap ambang petang dan fajar.
Hingga sesak sebagian rongga nafasnya
Telah menutupnya untuk tetap berada
dalam lingkaran agungnya terus dan terus
Memupuk keyakinan, agar digantinya dengan pengkhianatan.
Tak sekalipun ada lorong yang bolong menuju apapun itu
Atau sebuah pelenyapan
Karena Bagiku , Baginya telah bersama
Dalam keakuan yang
mengaku,
21.BERSATU
Dalam kecakrawalaan
yang tak terbatas.
Entahlah apakah lalu akan menjadi kini
atau kini akan menjadi kelak.
Dalam perseteruan jiwaku dan jiwanya
Tak bisa tersentuh dan menyentuh
Peradaban yang tercipta dengan kasat mata.
Bukan pula kalbu telah
mengangkuh
Atau kesadaran
mengubah peran ketaksadaran .
Telah ku rangkai mimpi itu menjadi narasai berjalan,
Membunuh sekantung narsis ke dua penghakikatan.
Bahkan tanganku ku
sambung tuk raih seribu tangan ,
Adalah alamku untuk
bersamanya.
16 juni 03
21.BUNGA
GUNDUL UNGU 2
Kali ini aku tak bicara pada bunga gundul ungu
Sebab dia enggan bicara denganku
Katanya bosan ada dalam botol plastik rombeng
Pernah kurayu dan ku
pindahkan ia ke mangkuk bening
Tapi malah mecaciku dengan menusukkan runcingnya
“Ya … kau marah padaku sebab aku tak mau pahami !”
Dia membisu memonyongkan kegenitanya
“Tak perlu datang kemari, sebab dia tak ingin kau kemari”
Sapu tua mengusap
hening di penjuru pintu.
Ku benamkan sekian tuli
pada sofa merah hati
Dan menutup mata sejenak untuk membutakan cahaya
Tapi sofa merah hatiku, menolak tubuhku
Dia mendorong ku ke
pelataran karpet yang membau
Mataku mengejang dengan muka yang mengerut
Ku pandang mereka satu persatu
Di sisa bijak ku mengadu:
“ Dia datang sambil terbang, mana sanggup kedua tanganku menangkapnya” Aku berlalu.
20 Juni 03
22.TERUSIK
Terusik, tergertak,tersentak
Puing –puing hati nan tenang
Yang lelap damai di alaun sepoi
Bermuara tuk berlabuh lagi
Sebercik gemerincik
Puing-puing hati
Mungkinkah?
Hati yang damai kembali gundah
Bukankah mencinta hanya satu kali?
Tak kala ada yang selanjutnya
Kemelut, terperosok aku
Pada yang tak terpahami
Tak ingin tapi ingin dan tak mungkin
Letih ku berdalih
Mencari
pembenaran
Pengkhianatan
atau kelalaian?
12 Nov 02
23.JIKA AKAL
DAN HATI
Jika akal di Tuhankan, lalu hati di asingkan
Maka Tuhanku adalah kuno
Dan terjatuh dari singgasananya
Alam langit pun terpuruk
derajatnya
Menjadi profen hanya sekedar langit
Neraka dan surga hanya bentuk
Sains goncang, religi yang absurd
Keduanya di belenggu ragu
Kemanusiaan telah bungkam
Mati dalam hukuman.
Tinggalkan bangkai
Tanpa kepastian.
25 April 02
24.TENTANG
DIADAKAN
Aku terjepit di ruang peradaban
Segala tubuh yang berkata
Sebab manusiaku hanyalah tulang
Lalu pencarian memanusiakan
Lusuh, telah kumuh kertasku
Nampak warna pembangkangan
Coretan hitam, hitam lagi pekat
Telah hilang putihnya
Terbentur zaman
Tak ada sekat antara iblis dan malaikat
Cobalah kau kembalikan
Aku pada Tuhanku,
Sebab aku ingin bicara baik-baik
Tentang adaku diadakan
25. DIA 1
Telah ku berikan segala sapa
pada burung-burung gereja
dan pohon tua di sekitar rumah Tuhan
Padanya bicara tentang sesuatu
yang tak bisa tersentuh,
maha halus
dari mata besar yang tak
bisa berkata “ Iya”
aku seperti sepatu tua yang selalu menunggu
di ujung ingin yang tak sampai,
tetapi tetap dia berlindung
di senyumnya yang paling sadis
dengan suaranya yang paling nyaring “Tidak”,
katanya.
26.DIA 2
Jika harus memohon lagi,
gigi tua ku tak sanggup lagi gigit sakit,
dan kadang kerut
keningku bertambah mengkerut
lebih dari biasanya.
Dia terus menghakim
dalam diam yang tak berujung,
mungkin ku harus pergi
tapi tetap dia mengejarku
dari balik pori kulit yang terlihat sekalipun.
Bagaimana harus ku
tebus
sekiranya harga tak sanggup lagi menilainya?
26. BINTANG
YANG ANJING
Sesuatu yang sempat ku hisap itu nampak samar
Demikian kegagahannya telah menjadi anjing
Dia menjamur diatas tanah basah yang lapuk
Aku telah sekarat menunggunya
Hingga ingin mencabik jantungnya
Membirkan darahnya mengalir deras
pada setiap sel tubuhnya
Kuku tajamku cukup kuat menoreh
Kedua mata tajam yang mengangkuh
Dan akan kulumat cairan merah itu
Hingga dahaga ku raib
Dia meronta memperlihatkan otot dan gaum
Namun tubuhku telah ada di atasnya
Sesaat ku beri nafas untuk melihat dunia
Sebelum tertidur untuk waktu yang tak terhitung
Inilah hadiah untuk bintang yang menganjing
Sebab kau telah mematikan hariku menjadi sekedar
Kucing kudisan yang menunggu dan siap di adu.
Terpenjara dan makan tulangnya sendiri
Kematian kini menjadi sangat murahan
12 mei 03
27.AKU SUDAH TAK BISA
Aku sudah tak bisa mencintai lagi
Sebab hatiku kini habis di makannya
Mungkin hatiku tak akan tersentuh lagi
Terlalu remuk di redam janji
Demikian tak punya sedikitpun
Rasa ingin dan inginkan
Aku telah mengentikannya
Membekukan setiap deru
Maafkan jika ku minta pahami
Sebab raga sudah tak bisa lagi
Rasaku sudah dihanguskannya
Semenjak kau membakarnya.
17 april 2003
28.JANGAN
BIARKAN DIAM
Jangan biarkan diam,sebab ruangan ini akan berganti
menjadi lautan, katakan sedikit saja puji-puji itu
Untuk menjadikan kursi tetap menjadi kursi.
Jika kau biarkan diam, sebentar lagi saayapku
mengajak
terbang, sentuhlah setiap inci tubuhku
Agar ku tahu kau laki-lakiku
Bicaralah di antara mata yang basah
Dan asap-asap yang mengepul
Yang bertanya bingung
Kita telah kehilangan makna
Membiarkan waktu tidak berwaktu
Padahal aku tetap menunggu di kursi ini
15juni 03
28.BICARALAH
Bicaralah pada detik, pada detak,pada desah,
pada titik,pada cumbu,pada rasa,
pada kata,pada
peluk,pada nadi,
pada
keringat,pada hangat,pada nikmat
bicaralah pada apapun yang terasa
Katakan padanya:
Apapun yang ku sentuh adalah kekasih
sebab kekasihku ada pada setiap apa yang kusentuh
dan disitulah kau temukan aku
dalam ketakdiaman yang nyata
seperti
kenyataan yang tak pernah diam,
Bahwasanya aku
mengasihimu
Sebesar keberadaan yang tak terbatas diadakan.
Di rumahmu, 6 Ags 03
29. PAK TUA
Pak tua..!!
Aku datang tanpa merasa diriku berbeda dari bocah iingusan
yang lima belas tahun lalu mencuri mangga muda di kebunmu .
Ada keheningan yang maha hening
membantai tangan-tangan melambai penuh sorak sorai.
Rongga dada menjadi
sunyi ,
sesunyi mesjid-mesjid
para Nabidan biara gereja
Ku temukan kosong
dalam semesta yang serba halus,
ketika mata menatap
wujud tidak lagi berwujud.
Dan serangkaian gerak
yang seketika tidak lagi bergerak.
Pak tua..!!
Ada suara yang memanggil
bagai musik yang
melantunkan lagu
dengan lirik langit yang agung,
meninggikan sekian kenistaan
yang ternista dari bilik hati kumuh.
Kurindu bunyi-bunyi dari kesahajaan
irama alam yang dulu
kau ajarkan
telah tidur lelap menyembunyikan bijak
diantara selimut dan
dengkur berkepanjangan
Pak tua…!
Bagaimana aku bisa sembunyikan
sekian gelisah di balik warna emas kemilau
bungkus tubuhku dan
merahnya gincu di bibir beku yang kian terkatup.
Mataku kalap
memanggilmu
agar kau datang tanpa merasa diriku berbeda
dari bocah ingusan
yang lima belas tahun yang lalu
mencuri mangga muda di kebunmu
Aku merindukan nasihatmu…
21 juli 03
30. SMS
PELAJARAN
27 06 03 Tidurnya orang berilmu (yakin )
lebih ditakuti syetan, dibandingkan ibadahnya orang soleh yang bodoh.
27 06 03 Wahai filosofis muda yang aku
sayangi! He..he… berfikir sejenak itu lebih utama dari ibadah selama 1 tahun.
Siapa & Mau kemana kita ini sebenarnya?
27 06 03 Temanilah aku dalam kegelisahan
ini, andai kau adalah jiwa yang tenang… kecerdasan, keraifan & kebeningan
hatimu, menjadi kebanggaan bagi orang orang di sekitarmu ‘ Terutama Aku’
28 06 03 08:23 Masih ada nafas untuk melangkah ke satu jeda
berikutnya. Mesti masih sama seperti kesendirian yang terasa bersama. Nurani
kadang fahami arti ada maha halus yang tak bisa tersentuh.
28 06 03 Kematian semakin dekat tetapi
kebodohan masih menghinggap di jiwa ini
28 06 03 17:
37 K ,
sebenarnya kamu= “sesuatu” yang melebihi
nilai sesuaatu
28 06 03 Nafas, langkah dan harapan adalah
pantulan spirit sebagai akibat dari sang penyebab. Rasa takut akan kesendirian
adalah wujud kelemahan & kekerdilan.
28 06 03 Kehalusan yang tak tersentuh
adalah percikan CintaNYa yang terwadahi dalam nurani yang suci. N…. Kesadaran
terhadap semua ini akan membawa kita menjadi manusia yang luhur, santun,rendah
diri dan bersahaja.
28 06 03Bersiaplah untuk kecewa, kalau kau
menggantungkan dirimu pada makhluk (materil).Termasuk makhluk yang bernama manusia.
(sesui
kutipan percakapan by sms )
31. JIKA SEGALANYA
Aku telah
titipkan semua ini pada Nya
Jika
segalanya menuju pada ketiadaan
Apalah
artinya memiliki lagi karena apa yang telah
Terdapat
kelak tak akan terdapat lagi
Biar
segalanya berjalan pada suatu keseharusan
yang
sewajarnya telah ada tanpa ada pengadaan
Atau
ketiadaan
Cinta itu
hakiki Tuhan
Semua
pastilah menuju Nya
Selayaknya
terhenti sebagai kewajaran
Pencinta
bukanlah pendusta bagi dirinya
Dan mencintai
adalah kebebasan
Sang tercinta
yang gemilang itu selalu tampak
Sebagai pijar
emas berwujud atau tidak berwujud
Dia akan
hidup dalam setiap detak
Sang Maha
Kasih.
24 Juli 03
32. AKULAH……..
Akulah keindahan yang diperdebatkan manusia
Aku tak berumah namun berada di setiap api hati
Bahkan di luar mata yang basah
Aku tak tertangkap mersti dekat melekat
Aku ada di setiap tempat mesti tempat tak bertempat
Tak satupun bisa mencapai ujungku
Dia akan jatuh atau
sakit
Aku bisa meletakan diriku
Diantara jari jemari sang penyair
Hingga sang pena kelelahan mengukur ekorku
Namun. Manalah mungkin
Sebuah pena bisa mengukur samudraku!!
Dan jika kau mengenal aku
Maka kau tak perlu mengenal yang lain
Sebab yang lain tak akan mencapaiku
Akulah……
25 Juli 03
33.KAU LARA
Senja
berkabut
bagi sebuah perjalanan
ini adalah gulita,
mengapa harus kutitipkan rindu
bila waktu tak sanggup menghitungnya,
adakah kekuatan yang maha kuat
akan mengubah sekian angkara di ufuk sana
atau membiarkan cahaya datang
dalam bilangan tidak berlambang
kau adalah
senyap, kau lara, kau sunyi, kau maha sendiri.
29
November 04.
34. COGITO
Dalam hening
Saat ketaksempurnaan ini
Mencari bentuknya
Yang belum ditemukan
Aku yang terlihat
Berdiri dan berjalan
Pada tubuh yang kelelahan
Masih mencari
Dalam diam
Saat kekosongan ini
Mencari isinya
Yang menghilang
Aku yang tak terlihat
Berpikir dan merenung
Pada roh yang melayang-layang
12 Juli 2005
Masihkah kau sendirian
di kesunyian malam
Dengan sepi
yang penuh rahasia?
Ku berteriak
dan mengejarmu
Namun bidikan
sunyimu mematikanku!!
Apakah benar
tak ada rasa
Dibalik
tubuh-tubuh yang bersentuhan?
Kepengecutanku yang liar ini
Tak bisa menjinakan
keliaran pola pikirmu!!
Padamu jiwa yang terbelah-belah
Membuat ku mabuk
dan tak berdaya
Disandera
kehampaan tampa tujuan
Ku
menyudahinya dengan kerahasiaan!!
Tentang malam
pertautan itu
Tentang
norma-norma yang terinjak
Tentang ketidak
normalan ini
Tentang pertaruhan
hidup kita
Tentangmu
yang ku cari di setiap tumpukan warna
Tentangmu yang
kugariskan pada setiap kertas kosong
Tentangmu wajah
absurd yang tak pernah selesai ku lukis.
Mengapa ku
sulit sekali mengukir tentangmu??
Padahal akulah pelukisnya!!
2 dec 20
35.
BAYANGAN YANG SAMA
Kita ada di suatu ruang yang sama,
Dengan bayangan yang sama
Dengan tangis yang sama
Dengan luka yang sama
Dengan kecewa yang sama
Dengan kehilangan yang sama
Dengan kegagalan yang sama
Dengan keterasingan yang sama
Dengan kesunyian yang sama
Dengan kekalahan yang sama
Dengan kesakitan yang sama
Namun hati kita berbeda.
Hati yang terbunuh oleh arogansi
Kita bersaing
Dengan diri kita masing-masing
2005
36. MEMBUNUH DETAKKU
Aku takut kau tahu
Aku sedang
berahasia
Setelah ku baca sketsamu
Perempuanmu tidak hanya aku.
Aku berlari membunuh detakmu
Dibalik pertanda yang menyisakan tanya
Dan luka berkepanjangan.
Dari bidikan
rindu
Yang sengaja tak ku beri judul.
Aku tetap mengingatmu
Dalam karang terkeras hatiku
2005
37. INGIN BERSAMAMU
Kau selalu mengajaku
Membaca makna
Pada simbol-simbol yang kau ukir
Pada garis yang kau mainkan
Pada semua lambang yang kau sakralkan
Aku kelelahan
mengikutimu
Hingga aku
mati kata
Padahal kau tahu,
Hanya kaulah
yang sanggup
Mengartikan dan membahasakannya
Aku hanya
ingin bersamamu
membaca sunyi
mengusir sepi
meredam marah
berbagi rindu
berbagi hangat
berbagi rasa
mengisi hati
membunuh kosong
2005
38. YANG PALING DIAM-DIAM
Dunia kita
yang diam ini
Takan sanggup
memaklumi
Bagian cerita kita : yang paling diam-diam
Apakah kau masih menyimpan
Sebuah saja coretan wajahku
Pada dinding terkeras hatimu
Pada ratusan bahkan ribuan
Warna yang
kau tumpahkan
Masihkan aku
ada didalamnya
Yang paling hitam sekalipun,
Yang kau sembunyikan rapat-rapat
Yang kau palingkan dari
kenyataan
2005
39.
TOKOH PENDAMPING
Apakah benar
tak ada rasa
Pada tubuh
kita yang bersentuhan?
Apakah
semuanya hanya persinggahan
Pada jiwa yang memberontak.?
Hanya
permainan singkat
Pengisi otak yang mumet.
Petualangan yang liar
Kebinalan yang terkonsep
Meski aku
bukan perempuan
Yang ikhlas berbagi rasa
Antara imaji yang kau ciptakan
Dengan realita yang
disembunyikan
Aku lah yang akan menjadi
Tokoh
pembanding pada hidupmu
Yang terpasung diantara
Kenyataan dan keinginan
2005
40. RAHASIA HATI II
Masihkah kau sendirian di
kesunyian malam
Dengan sepi yang penuh rahasia?
Aku tak sanggup menghapus jejakmu,
Meski dirimu hanya menjadi sebuah rahasia
Dan aku mencarimu
Dalam perjalananku yang
diam-diam.
Mungkin saja kau berada diantaranya.
Dibalik garis dan warna itu itu
Yang bukan bagian dariku,
Yang tak ingin aku
mengenalnya,
Yang tak pernah beres aku
menyimpulkannya,
Yang menggantung dengan
persepsinya
Aku masih mengejarmu
Sekedar menyeimbangi
Setiap langkah dan
keputusanmu
Yang tak pernah bisa kupahami
Mengapa dirimu sulit sekali kumainkan ??
Padahal akulah tokoh utamanya!!!
2005
41.
PEREMPUAN INDAH SUCIKU!!
Aku laki-laki mencintai engkau
perempuan
Yang selalu
baik dan agung
Walau
menurutmu aku buruk dan terkutuk
Dengan
permainan cintaku yang terbagi
Namun aku
tetaplah pemujamu!!
Aku harus
berbagi dan berdusta
Tapi demi
kaulah cantikku
Aku tak pernah peduli kau
berpikir
Sebab kau
tak bertugas untuk itu
Perempuanku
hiduplah dengan takdirmu!!
Jangan ubah kecantikanmu
Menjadi kemarahan dan kebencian
Keserakahan
dan kesombongan
Karena engkaulah ibu dari anakku
Perempuan indah suciku!!
2007 (lyrik biola Deny dipartadisastra)
42. SIAPAKAH DIBALIK??
Ada yang tak
dilahirkan,
tak menjadi, tak diciptakan,
bahkan tak
tersusun.
Atau sebaliknya.
Tak ada yang
tak dilahirkan,
tak menjadi, tak diciptakan
dan tak
tersusun
Maka tentu tak akan ada jalan keluar
bagi yang
dilahirkan,
yang menjadi,
yang diciptakan
dan yang
tersusun.
Tetapi karena ada yang tak dilahirkan,
yang tak menjadi,
yang tak diciptakan
dan yang tak
tersusun, maka
ada jalan keluar
bagi yang
dilahirkan,
yang menjadi,
yang diciptakan
dan yang
tersusun.
Siapakah yang ada dibalik yang dilahirkan
yang menjadi yang diciptakan dan yang tersusun??
2004
43. KEBERUNTUNGAN
Bermula dari
hampa,
kosong tiada
nilai
hancur menjadi jejak
tak terbilang.
Dalam panik
Di antara
seratus persen
yang kau
tunggu
sembilan puluh
sembilan persen
keberuntungan
satu persen saja keyakinan.
Tak ada pertanyaan,
sebab bukan
lagi alasan.
Tercipta dari
mata-mata sembab,
keringat dan
ide-ide berlian.
Wajah-wajah
tegang
kepala pecah terbelah
Hancur tak
bertahan!!
2006.
44.
TIDAK JADI BENTUK
Saat identitas tak menjadi lambang
Materi tidak jadi bentuk.
Tidak ada norma atau batasan
Segalanya telah berubah
Ada nyawa yang
terkoyak,
Kematian semakin mendekat
Hidup
akan berakhir
Logika telah
bungkam
Ide sudah mati
Tak ada realitas yang stabil dan konstan,
Yang bisa dipahami kekuatan nalar,
Atau realitas yang lebih utuh,
Permanen dan profan
Bergerak
dan berubah,
Tubuh
ini menipuku
Tidak bisa dipercaya!!
2006
55.ANGKA NOL
Nol sebuah angka
Kosong yang absolut.
Bebas tak terikat.
Nol telah menjadi angka yang ditunggu
Perubahan terlahir.
Keterbelakangan dan keberlanjutan
Perhitungan hidup
Angka nol adalah abadi.
Tak pernah diwujudkan ataupun dimatikan
Dalam
setiap pengulangan
Tak
mengalami pasang surut,
Bukan ada sebagian dan jelek sebagian,
Bukan indah
pada suatu saat
Dan jelek
pada suatu saat,
Bukan indah dalam kaitannya
Dengan hal ini dan jelek dengan hal itu,
Tidak beraneka
Tetap unggul dengan kekosongan
Mari menuju anangka
2006
46. KEMANUSIAAN
Dalam ketelanjangan
Mereka saling mencakar, menjambak, memukul,
Menggigit, menjepet, menolong,
Menikam, mencekik, menyiksa, menyayat,
Memukul, menghantam, menginjak, menonjok,
Membunuh.
Lautan
teduh biru langit.
Berubah
menjadi lautan merah
Darah-darah telah
mengubahnya
Menjadi
pulau kecil berbau amis.
Dan
tubuh-tubuh tidak lagi terhormat
Bongkahan daging lapuk berbau busuk.
Bau amis bercampur lalat dan belatung,
Tubuh-tubuh telah membusuk
T ulang belulang berserakan,
Usus-usus berhamburan,
Kematian dengan adegan yang abnormal
Mulut yang menganga.
Mata
tak sempat tertutup,
Sebagian
melotot dan terbelalak
Dimana
letaknya kekemanusiaan.2006
47. TAK TERHITUNG
Sebuah permulaan adalah pertanda,
Bahwa
segalanya akan berakhir,
Hitungan
yang ditunggu selalu tak pernah sama,
Sejatinya
keabadian adalah perubahan.
Mengediplah sebentar
Ada kekuatan yang berlebih
Sebab Dia
tak terhitung.
Keberadaannya
permanen, stabil, abadi,
Tak lapuk oleh waktu, tak pernah mati,
Tidak
dilahirkan dan tidak diciptakan.
Kekuatan,
anugrah,kebahagiaan, perlindungan,
Tempat berteduh, rasa aman yang tak terpunahkan,
Kebenaran
sejati, realitas tertinggi
Bahwa Ia adalah kebaikan,
Tujuan puncak dan satu-satunya
Kedamaian abadi, terselubung dan tak terpahami.
Dia ada di
balik yang di ciptakan
2007
48.TIDAK MENJADI APA-APA
Menjadi diriku adalah hal yang paling aneh.
Hidup
bukanlah permintaan
Dalam jasad yang kotor, hiruk pikuk dan kumuh.
Mungkin ini lebih baik daripada tidak menjadi
apa-apa.
Hal terindah
adalah gelap dan pekat,
Tubuhku menjadi seperti awan hitam
Menuai badai,membuat petaka dan carut marut
Seperti ketika aku keluar dari rahim sang mulia:
Menangis dengan simbahan darah
Dan pertaruhan nyawa seorang mulia
Yang terhinakan karenanya
Kemulian yang ternista.
2007
49. RAPUH
Aku telah
menjadi satu
Dalam tubuh yang tak ingin rapuh.
Hingga sunyi
dan malam
Menjadi cinta selamanya.
Aku tak ingin
menjadi apa-apa,
Aku masih tetap ingin begini
Meski hidup dalam kubahan yang kotor
Sebagai generasi yang terbuang
Dari kumpulan peradaban.
Menjadi begini sudah cukup
Tak ingin aku mengadili siapapun
Setahuku Tuhan menjatuhkan aku
Begitu saja
ditempat ini.
Tempat
terkutuk yang di nistakan orang
Tempat ternikmat bagi orang-orang yang
kesepian.
2007
50. EYANG
Raut mukanya demikian unik
Dengan mata yang
berkantung hitam.
Tak ada gejolak pada mata itu
Tinggal semangat yang hampir meredup
Mungkin karena usianya yang hampir 100
tahun
Usianya yang
tenggelam
Seperti derit pintu yang enggan menutup.
Aku meraba kulit Eyang.
Keriput dan menciut
Nyaris terkelupas dari
tulangnya
Takjub ini
menyesakan
Hampir serupa jerangkong.
Lembek pipinya seperti lemper
kedinginan.
Matanya serupa kabut
Bening dan berselaput,
Tigapuluh tahun yang lalu aku masih berdendang
Di pundaknya yang kokoh
Kini berubah bak
kulit yang bertumpuk-tumpuk.
Dan aku mulai
sulit membayangkan
Pada detakku
yang tersembunyi
Kepergianmu
telah membunuhku
2009
51.YANG TERBUANG
Hal terindah
adalah gelap dan pekat
tubuhku menjadi seperti awan hitam
yang menuai badai, membuat petaka dari carut
marut
seperti ketika aku keluar dari rahim sang
mulia:
menangis
dengan simbahan darah dan pengaduan nyawa,
dan entahlah
ibu yang mana yang melahirkan ku.
aku telah
menjadi satu dalam tubuh yang tak ingin rapuh.
Dari pergantian malam dan pelukan hangat bergantian
Aku tak ingin
menjadi apa-apa
Aku tak tahu harus menjadi apa.
Meski hidup dalam kubahan yang kotor
Sebagai generasi yang terbuang
Dari kumpulan masyarakat, bahkan peradaban.
Setahuku Tuhan menjatuhkan aku begitu saja
Ditempat ini.2009.
52.LORONG
Waktu yang berjalan
Mempertemukan aku pada sebuah lorong.
Lorong yang gelap tampa titik
cahaya.
Lorong yang menghentakkan tubuhku
Menjadi sedemikian tak berdaya, kecil dan kerdil.
Lorong yang mengajak. nuraniku
Semakin memberontak dan menolak
Melawan kaidah-kaidah yang
sudah dibakukan
Lorong yang mengancam semesta
Mempermainkan
keyakinan dan keraguan
Terbolak-balik di otakku.
Lorong yang mengantarkan aku
Pada arti kedatangan dan kepergian
2004
52. PECUNDANG
Saat kita sama-sama terasing
keraguan terbersit di wajahmu
Terlihat seperti ingin berlalu
Terlepas dari segala yang membebankan
Yang pernah menjadi bagiannya.
Tidakkah ini terlalu dungu?
Setelah kita habiskan waktu
Untuk memperjuangkan
Mengapa harus menjadi pecundang?
Pada hari-hari yang telah
menjadikan kita
Seoarang pembearani.
Mengapa tidak kita lawan saja
Kodrat ini???
2004
Tidak ada komentar
Posting Komentar