Selasa, Juni 19, 2018

HEMPASKAN RASA MENEMBUS BATAS




Malam makin meninggi
Desir ombakpun kian terasa
Menerpa temani jiwaku
Yang sepi saat aku hilangkan lelah

Terpuruk aku dalam lembah penantian
Terjebak rasaku yang tak kunjung datang
Haruskah kulepas anganku yang lama terbuang
Haruskah ku lepas semua cerita antara kita

Alun laut, sampaikan sebaris kata rindu
Desir ombak, sampaikan riuh salamku
Angin malam, terbangkan mimpiku tinggi di awan
Hempaskan rasa menembus batas
Hanya untuknya…

19 Juni 2018 (by anonymous)

Minggu, Juni 10, 2018

BERANJAK DARI PESONA MASJID PUTRAJAYA, MALAYSIA




Malaysia merupakan negara yang memiliki beragam budaya. Di Negari ini tumbuh bersama sama secara damai dan harmonis agama dan ras yang dominan seperti Melayu, India, China dan kelompok etnis lainnya. Secara geografis Malaysia terbagi menjadi 13 negara bagian dan 3 Wilayah Federal yang dipisahkan oleh Laut China Selatan, yaitu 11 negara bagian dan 2 wilayah federal (Kuala Lumpur dan Putrajaya) di Semenanjung Malaysia dan dua negara bagian dan 1 wilayah federal (Labuan) di Malaysia Timur. 

Salah satu kawasan yang paling menarik adalah  Kawasan Putrajaya.  Kawasan ini adalah kawasan familiar bagi masyarakat Malaysia dikenal sebagai kawasan pemerintahan negara. Namun bagi wisatawan, kawasan ini dikenal sebagai tempat untuk memanjakan mata dengan segenap pemandangannya. Putrajaya merupakan sebuah daerah/distrik di Kuala Lumpur yang terkenal dengan bangunan-bangunan yang menarik dan unik



Bangunan-bangunan khas bergaya Timur Tengah (Middle East) dan modern banyak berdiri megah di kawasan ini. Yang  paling menarik adalah sang ikon kawasan ini, Masjid Putrajaya. Masjid ini sendiri diberi nama Masjid Putra yang diambil dari nama Perdana Menteri Malaysia pertama, Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj. Masjid Putra merupakan salah satu bagian terpenting dari kemodernan dan kerelijiusan Putrajaya. Periode pembangunannya sendiri dimulai sejak tahun 1997 dan selesai pada tahun 1999 (dua tahun kemudian). Masjid berkubah merah jingga ini dibangun dengan granit berwarna merah, dan dapat menampung 15.000 jemaah sekaligus. Malaysia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, pusat keislaman, dan tempat ibadah menjadi hal terpenting.


Masuk kedalam masjid inipun ada aturannya untuk menjaga kenyamanan dan kereligiusan masjid ini. Bagi wanita wajib berhijab dan  berpakaian muslim  sopan dan tertutup. Pihak pengurus masjid sudah menyiapkan pakaian khusus wanita menyerupai jubah berwarna merah yang longgar dan tebal, untuk membantu para tamu masjid yang datang. Jika tidak memenuhi aturan tersebut maka siap-siap aja dikejar para petugas masjid...(hehe)


Ketika akan memasuki bangunan masjidnya, maka kita  akan dihadapkan pada gerbang masjid yang tampak sangat tinggi dan megahnya. Masjid ini terdiri dari tiga area utama: ruang sholat, Sahn atau lapangan, dan berbagai ruang kegiatan dan fasilitas belajar. Ruang sholatnya sederhana namun anggun, disangga oleh 12 pilar. Titik tertinggi di bawah kubah adalah 80 meter di atas tanah. Bangunan masjid yang didominasi warna merah muda ini menggabungkan ciri-ciri arsitektur modern dan tradisional, yakni dengan mengadopsi seni arsitektur Persia zaman Kerajaan Safawi dan beberapa elemen yang berasal dari budaya Muslim lainnya.



Di sebelah masjid sepanjang Di depan Masjid Putra, para pengunjung akan melihat sebuah pemandangan lapangan besar berbentuk persegi, dengan tiang-tiang tinggi dan halaman luas dan taman yang cantik.Karena lokasinya yang berada di bibir danau Putrajaya, secara sepintas, Masjid Putra ini tampak seperti masjid terapung di dipermukaan air Lokasinya yang memang menjorok ke arah danau, menjadikan Masjid Putra kelihatan seperti terapung-apung di permukaan danau buatan ini.



Saat senja tiba pemandangan diluar masjid menuju danau sangat indah. Suasana terasa hening dan hanya terdengar riak air yang tidak begitu deras diiringi sepoi-sepoi angin yang berhembus pelan dari rindangnya pohon dan harumnya bunga- bunga yang tumbuh disekitar taman masjid. Pastinya membuat yang datang jatuh cinta dan tak mau pulang (termasuk saya hehe..).

Aura sejuk disekitar membuat saya tetap bertahan untuk memandang ke batas danau yang menyerupai lautan biru, tampak samar dan sedikit berkabut karena kontras dengan cakrawala yang menuai senja. Menatap megahnya masjid dan hamparan air yang tanpa batas itu bergantian. Rasa takjub begitu terasa dan enggan beranjak dari pesonanya, saya terdiam cukup lama untuk mensyukuri kebesaran-Nya: Teringat  puisi pendek yang dikirim oleh seorang sahabat nun jauh disana:


                        Jauh di ufuk kebiruan berpadu
                        Menyatukan laut dan langit-Mu
                        Namun waktupun sekejap berlalu
                        Beranjak dari pesona...
                        Cermin Ilusi diatas lautan nan biru
                       Sungguh Jelita permadani ini
                        Tebarkan pesona diatas cakrawala
                        Tak berjung dipandang lamanya...
                        
10 Juni 2018.






Minggu, Juni 03, 2018

Hanya Mereka Berdua. Hanya Berdua.Tak Ada Yang Lain.



Cerita mereka  timbul tenggelam, seperti gelombang melilit buih
Terapung setengah- setengah , antara nampak dan tenggelam
Mereka telah mencipta jejak pada karang yang berkarat
Pada hikayat semesta yang berahasia pada ombak
Hanya  mereka berdua.Hanya berdua. Tak ada yang lain.

Tentang duyung berselendang dan hiu bermahkota
Tentang  singgasana bulan yang tertukar dengan bintang
Tentang  ilusi matahari dan siluet senja dikaki langit
Tentang bait - bait pendek yang tak sempat diberi  judul

Mereka kehilangan bahasa, disaat waktu begitu singkat
Berjalan  sendiri-sendiri dengan  hati yang berbagi
Waktu begitu lambat saat doa tertukar air mata
Mereka mematikan rindu  saat  jawaban  dihapus angin


Infinite Bandung, 03 Juni  2018


Jumat, Juni 01, 2018

Dia Yang Menukar Rindu Dengan Sunyi



Kala kupandangi batas cakrawala
Sang suryapun perlahan tinggalkan bayangan
Biarlah sepi mengurung diri dalam seribu tanya
Biarkan saja serangga malam senandungkan rindunya

 Ada setangkup rasa yang mugkin tertinggal
 Dan mungkin tertinggal terus jauh disana
 Seakan aku terkunci, tanpa dapat dan sempat bertanya
 Biarkan waktu yang kan bicara...

 Terjebak dalam khayalku, terhanyut dalam buaian
 Desakan gairah timbulkan gelisah
 Yang melanda hati menghimpit gejolak jiwa
 Rinduku semakin tak tertahan

                                                                                       
  Satukanlah rasa..
  Damaimu dalam dekapanku..

                                                                                                           
  01 June  2018 by anoymous