IDEAIDEALY.COM-Pengambilan
Keputusan adalah proses untuk memilih salah satu alternatif tindakan (aksi)
yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan merupakan upaya untuk
memecahkan persoalan menuju pencapaian suatu tujuan. Pengambilan suatu keputusan pada hakekatnya
adalah suatu proses manajemen (planning, organizing, actuating and controlling)
dan pengambilan keputusan dilakukan jika ada kejadian tertentu.
Pada dasarnya pengambil keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Kadarsyah dan
Ali Ramdani, 2004).
Teori Umum
Teori umum yang mendasari Decision Support
Systems (DSS):
1. Menurut
Keen (1980), sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang
dibangun lewat sebuah proses adaptif dari pembelajaran, pola-pola penggunan dan
evolusi sistem.
2. Menurut
Bonczek (1980), sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis
komputer yang terdiri atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa
(language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem
pemrosesan masalah (problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya.
3. Menurut
Hick (1993), sistem pendukung keputusan sebagai sekumpulan tools komputer yang
terintegrasi yang mengijinkanseorang decision maker untuk berinteraksi langsung
dengan komputer untuk menciptakan informasi yang berguna dalam membuat
keputusan semi terstruktur atau keputusan tak terstruktur yang tidak
terantisipasi.
4. Menurut
Turban & Aronson (1998), sistem penunjang keputusan sebagai sistem yang
digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan
keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya
konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan
penilaian-penilaian, tidak serta-merta menggantikan posisi dan peran manajer.
5. Menurut
Raymond McLeod, Jr. (1998), sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem
yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan komunikasi untuk
permasalahan yang bersifat semi-terstruktur. Ada beberapa jenis keputusan berdasarkan sifat
dan jenisnya, menurut Herbet A. Simon dalam Raymond Mc Leod (2007:330) yaitu:
1. Keputusan
Terprogram (Programmed Decision), yaitu keputusan yang bersifat berulang dan
rutin, sedemikian sehingga suatu prosedur pasti telah dibuat untuk
menanganinya.
2. Keputusan
Tak Terprogram (Non- Programed Decision), yaitu keputusan yang bersifat baru,
tidak terstruktur dan jarang konsekuen. Tidak ada metode yang pasti untuk
menangani masalah tersebut.
Tahapan Dalam
Pengambilan Keputusan.
Adapun dalam mengambil keputusan dibutuhkan
adanya beberapa tahapan menurut Herbet A.Simon dalam Raymond (2007:326) tahapan
dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
terdapat empat tahap, yaitu:
1.Kegiatan
Intelijen, yakni kegiatan yang berorientasi untuk memaparkan masalah,
pengumpulan data dan informasi, serta mengamati lingkungan mencari
kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki.
2.Kegiatan
Merancang, yakni kegiatan yang berorientasi untuk menemukan, mengembangkan dan
menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
3.Kegiatan
Memilih, yakni kegiatan yang berorientasi untuk memilih satu rangkaian tindakan
tertentu dari beberapa yang tersedia.
4.Kegiatan
Menelaah, yakni kegiatan yang berorientasi terhadap penilaian pilihan-pilihan
yang tersedia.
Sistem pendukung keputusan (SPK) mulai
dikembangkan pada tahun 1960-an, tetapi istilah sistem pendukung keputusan itu
sendiri baru muncul pada tahun 1971, yang diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan
Micheal S. Scott Morton, keduanya adalah profesor di MIT. Hal itu mereka
lakukan dengan tujuan untuk menciptakan kerangka kerja guna mengarahkan
aplikasi komputer kepada pengambilan keputusan manajemen.
Tujuan Sistem Pengambil Keputusan
Tujuan dasar sistem pendukung keputusan
(Kadarsah, 1998), yaitu:
1.Struktur
Masalah. Untuk masalah yang terstruktur, penyelesaian dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus-rumus yang sesuai, sedangkan untuk masalah terstruktur tidak
dapat dikomputerisasi. Sementara itu, sistem pendukung keputusan dikembangkan
khusus untuk menyelesaikan masalah yang semi terstruktur.
2.Dukungan
Keputusan. Sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk menggantikan
manajer, karena komputer berada di bagian terstruktur, sementara manajer berada
di bagian tidak terstruktur untuk memberikan penilaian dan melakukan analisis.
Manajer dan komputer bekerja sama sebagai sebuah tim pemecah masalah semi
terstruktur.
3.Efektivitas
Keputusan. Tujuan utama dari sistem pendukung keputusan bukanlah mempersingkat
waktu pengambilan keputusan, tetapi agar keputusan yang dihasilkan dapat lebih
baik.
Menurut Turban dkk, Sistem Pendukung
Keputusan: 2005, Sistem pendukung Keputusan memiliki kelebihan diantaranya:
1.Menunjang
pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi terstruktur dan
tidak terstruktur.
2.Membantu
manajer pada berbagai tingkatan manajemen mulai dari manajemen tingkat atas
sampai manajemen tingkat bawah.
3.Menunjang
pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.
4.Menunjang
pembuatan keputusan yang saling bergantung dan berurutan.
5.Menunjang
tahap-tahap pembuatan keputusan, antara lain: intelligence, design, choice dan
implementation.
6.Menunjang
berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan.
7.Kemampuan
untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
8.Meningkatkan
efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi.
9.Mudah
dikembangkan oleh pemakai akhir.
10.Kemampuan
pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.
11. Kemudahan
melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
Kelemahan Sistem Pengambil Keputusan
Di samping berbagai kemampuan dan
karakteristik seperti dikemukakan di atas, sistem pendukung keputusan memiliki
juga kelemahan, antara lain:
1. Ada
beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan yang
sebenarnya.
2.Kemampuan
sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan dasar serta model dasar
yang dimilikinya.
3.Proses-proses
yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya tergantung juga
pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4.Sistem
pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia,
karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat keras,
perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh kemampuan
berpikir.
5. Secara
implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan dari sebuah
sistem berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian masalah.
Model SPK
Model Sistem Pengambilan Keputusan (SPK)
menurut Raymond McLeod (2007:332) adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili
suatu objek atau aktivitas yang disebut entitas. Manajer menggunakan model
untuk mewakili permasalahan yang harus diselesaikan. Terdapat 4 jenis model:
1.Model
Fisik, yaitu: merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya, model fisik yang
digunakan dalam dunia bisnis mencakup model skala untuk pusat pembelanjaaan dan
prototipe mobil baru.
2.Model
Naratif, yaitu: salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari,
merupakan model yang menggambarkan entitas dengankata-kata yang terucap atau
tertulis. Pendengar atau pembaca dapata memahami entitas tersebut dari
naratifnya.
3.Model
Grafis, yaitu: menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol,atau
bentuk. Model grafis biasanya digunakan dalam dunia ekonomi atau bisnis,
misalnya kurva pada jumlah pemesanan barang.
4.Model
Matematika, yaitu: terdapatnya rumus atau persamaan matematika yang digunakan
manajer bisnis dalam perusahaan.
Manfaat Model
Adapun manfaat dari masing-masing model
adalah:
1.Memberikan
pengertian, model biasanya lebih sederhana dan dimudah dimengerti untuk
dipahami dari pada prosesnya atau entitasnya.
2.Memfasilitasi
Komunikasi, keempat model tadi dapat mengkomunikasikan informasi secara akurat
dan cepat kepada orang-orang yang memahami makna bentuk, kata-kata, grafis dan
bentuk.
3.Memprediksi
masa depan, model matematika dapat memprediksi yang akan terjadi di masa depan
walau tidak akurat.
Model merupakan alat penyederhanaan dan
penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi
atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal
yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan
model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Adapun kemampuan dan karakteristik DSS menurut
Subakti Irfan dalam Liza Yulianti (2013) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1: Karakteristik dan Kemampuan DSS
Keterangan Gambar:
1.DSS
menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi
terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan
informasi terkomputerisasi.
2.Dukungan
disediakan untuk berbagai level manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan
puncak sampai manajer lapangan.
3.Dukungan
disediakan bagi individu dan juga bagi group. Berbagai masalah organisasional
melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam group.
4.DSS
menyediakan dukungan di berbagai keputusan yang berurutan atau saling
berkaitan.
5.DSS
mendukung berbagai fase proses pengambil keputusan: intelligence, design,
choice, dan implementation.
6.DSS
mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda.
Ada kesesuaian di antara DSS dan atribut pengambil keputusan individu
(contohnya vocabulary dan style keputusan).
7.DSS
selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif,
mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi untuk membuat DSS
selalu bisa menangani perubahan
tersebut. DSS adalah fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus,
mengkom-binasikan, mengubah atau mengatur kembali elemen-elemen dasar
(menye-diakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan). Kemampuan ini
memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat.
8.DSS
mudah untuk digunakan. Pengguna harus merasa nyaman dengan sistem ini. User
friendliness, fleksibilitas, dukungan grafis terbaik, dan bahasa antarmuka
(interface) yang sesuai dengan bahasa manusia dapat meningkatkan efektifitas
DSS. Kemudahan penggunaan ini diimplikasikam pada mode yang interaktif.
9.DSS
mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi,
jangka waktu, kualitas) lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh (biaya
membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer).
10.Pengambil
keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah proses pengambilan
keputusan dalam menyelesaikan masalah. DSS secara khusus ditujukan untuk
mendukung dan tak menggantikan pengambil keputusan.
11.DSS
mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan
penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu
selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan DSS secara berkelanjutan.
12.User/pengguna
harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar
dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja
bantuan dari spesialis dibidang Information System (IS).
13.DSS
biasanya mendayagunakan berbagai model (standar atau sesuai keinginan user)
dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan permodelan ini menjadikan
percobaan yang dilakukan pada berbagai konfigurasi yang berbeda.
14.DSS
memberikan segala informasi dan pengetahuan yang bisa diakses oleh penggunanya
dengan cepat dan tepat.
Sumber Bahan
McLeod, R.(2008).
Sistem Informasi Manajemen. Jakarta. Salemba Empat.
Valentinus, Agus dan
Ayouvi (2017). Perancangan Analytical CRM Untuk Mendukung Segmentasi Pelanggan
di Instutusi Pendidikan. Surabaya: Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi.
Vol.11, No.1. 79- 89.
Hamidin, Dini. (2008).
Model Customer Relationship Manahement (CRM) Di Institusi Pendidikan. Bandung :
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Seminar Nasional, 21 Juni 2008.
3 komentar
saya sering mengambil keputusan, tapi saya kadang juga sering dikecewakan dengan keputusan yang saya ambil
Tapi strategi mas Febri sudah lebih baik yaitu berani mengambil keputusan.Karena sebagian orang tak berani ambil keputusan.Kalo kurang tepat kan bisa coba cara lainnya mas..
Waw, secara teori panjang juga ya urusan pengambilan keputusan ini. Dari sisi aku sebagai manusia, proses pengambilan keputusan juga cukup pelik, apalagi dipengaruhi sifat libra (hahaha). Tapi sejauh ini, sedikit sih keputusan yang benar2 kusesali. Berarti artinya sistem pengambilan keputusanku sudah cukup manjur ya hehehe
Posting Komentar